Tuesday, May 8, 2012

faktor-faktor psikis dan fisik yang mempengaruhi proses pendidikan - Psikologi Pendidikan

copy makalah

copy makalah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan terus menerus sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Perkembangan ini merupakan perpaduan antara tenaga-tenaga asli dari dalam diri individu itu Dan tenaga dari luar (lingkungan). Dari kedua tenaga yang disebutkan tadi terdapat dua kemungkinan yangakan terjadi pada individu, kedua tenaga tersebut dapat menjadikan individu itu berkembang dengan lancar tanpa gangguan yang disebut dengan perkembangan positif, atau berkembang dengan penuh gangguan dan disebut dengan perkembangan negatif.
            Pada diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan. Orang tua dan guru dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya akan perwujudan diri. Pengembangan pribadi anak akan dapat diperoleh melalui proses belajar di mana proses belajar ini akan dapat meningkatkan kepribadian dan berupaya untuk memperoleh hal-hal baru yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kontradiksi-kontradiksi dalam hidup.
            Dengan demikian perkembangan adalah hasil dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan individu yang bersangkutan selama hidupnya. Kedua hal tersebut tergantung dari bagaimana individu itu menanggapi dan dipengaruhi pula oleh bagaimana lingkungan menyajikannya.Dengan melihat latar belakang di atas, penulis mencoba memaparkan permasalahan tentang perkembangan individu serta faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi seorang individu dalam proses pendidikan.
            Pendidikan juga tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
            Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
            Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
            Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik.”
B.     MANFAAT DAN TUJUAN
            Adapun manfaat dan tujuan di dalam membahas tentang psikologi pendidikan antara lain:
-  Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
-  Membantu pendidik dalam memahami karakteristik peserta didik.
-  Memahami proses belajar peserta didik.
-  Memilih dan menggunakan berbagai strategi dalam pembelajaran








BAB II
PEMBAHASAN
Mental dan fisik adalah dua komponen yang berbeda. Dari segi bahasa, mental sering disebut dengan jiwa (psikis) dan fisik biasa disebut tubuh (raga). Keduanya adalah komponen penyusun manusia, yang saling mempengaruhi. Seperti kata pepatah Yunani “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa dan pikiran yang sehat”. Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami sakit, apakah berdampak pada yang lainnya?
Mungkin anda pernah mengalami sakit, atau pernah melihat orang yang sakit dalam waktu yang lama, maka akan berdampak pada kesehatan psikis. Kemungkinan karena kesehatan fisik yang terganggu bisa membuat seseorang stress berat, hingga mengalami depresi yang merupakan tanda-tanda gangguan jiwa. Gangguan fisik yang mempengaruhi keadaan mental disebut dengan gangguan psikosomatik. Gangguan fisik ini dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Seorang yang sakit gigi misalnya, dapat menjadi pendiam atau bahkan beringas jika ada sesuatu yang menggangunya.
Bagaimana dengan gangguan mental, apakah bisa mempengaruhi keadaan fisik? Kasus ini adalah kasus terbanyak yang dialami oleh orang sakit. Banyak orang yang mengeluh pusing, migraine, sakit kepala, bahkan lumpuh, secara fisik tiada ada diagnosa penyakit yang dideritanya. Dalam dunia medis ini disebut gangguan somatoform. Somatoform adalah gangguan mental yang mempengaruhi fisik, tetapi pada dasarnya, fisiknya tidak mengalami gangguan apa-apa.
Kepercayaan orang yang mengalami gangguan somatorm ini, bahwa dirinya mengidap sebuah penyakit yang kronis. Tentu saja, untuk mengobatinya, bukan dengan mengobati fisiknya. Tetapi mengobati psikisnya yang merupakan gangguan terhadap fisik. Seorang yang lumpuh karena somatoform misalnya, bukan dengan terapi fisik seperti fisioterapi, tetapi dengan psikoterapi, karena penyebabnya adalah psikis.
Ini menunjukkan bahwa kedua gangguan diatas, mental dan psikis sama-sama mempunyai pengaruh yang sangat besar. Jika salah satunya sakit, membuat yang lain mengalami disfungsi. Nah, berikut disajikan beberapa penjelasan yang lebih rinci tentang faktor psikis dan faktor fisik yang mempengaruhi proses pendidikan.

A.    FAKTOR FISIOLOGIS
            Faktor fisiologis yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu       seseorang, dan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik
            Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam Syaiful Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan pelajaran.
B.     FAKTOR PSIKOLOGIS
            Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut adalah:
1.      Minat dan Usaha
Menurut Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
2.      Inteligensi (kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
3.      Bakat
Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.
4.      Motivasi
      Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat.      
Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
5.      Konsentrasi Belajar
      Menurut Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu”.
      Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsentrasi menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit.
6.      Kematangan dan Kesiapan
      Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat.
7.      Kelelahan
      Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini disebabkan oleh terjadinya kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang. Kelelahan jenis ini ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8.      Kejenuhan dalam Belajar
      Menurut Reber yang dikutip oleh Tohirin dalam Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar adalah “rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil”. Seseorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan mandeg (stagnan) tidak mendatangkan hasil.























BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
      Pada diri manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan.
      Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa bantuan orang tua dan orang lain di sekitarnya.
      Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Seseoranglah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Terjadinya suatu proses belajar timbul suatu aktivitas pengalaman belajar. Faktor fisiologis dan faktor psikologis merupakan dua hal yang saling terkait satu sama lain.

B.     SARAN
                        Pembahasan tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu objek kajian yang menarik dan bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan. Kami berharap agar materi ruang lingkup psikologi membahas beberapa aspek lainnya bukan hanya dalam dunia pendidikan.









DAFTAR PUSTAKA

Samsunumiyati, HJ, DR, Prof. 2012. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosda                                                    Karya
Sudrajat, Akhmad. 2012. Tentang Pendidikan, ( Online ), (diunduh pada tanggal 4 Maret                                    2012, http: ///D:/psikologi/Arti Penting Psikologi Pendidikan Bagi Guru                                   AKHMAD SUDRAJAT  TENTANG PENDIDIKAN.htm)
Ahira, Anne. 2012. Psikologi Pendidikan, ( Online ), ( diunduh pada tanggal 3 Maret 2012,            http:www.AnneAhira.com)

Artikel Terkait

faktor-faktor psikis dan fisik yang mempengaruhi proses pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/ 5
Oleh

Berlangganun

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email