Dosen Pengampu : Umi Kusyairy,S.Psi,M.A
Tugas : Kelompok
Peran aspek kognitif
,afektif, dan psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan
Oleh :
Kelompok
1
Hardianti Lestari Hamsah
Fitri Amaliyah
Agung Afriandi
Pendidikan
Bahasa Inggris
Fakultas
Tarbiyah dan keguruan
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran
aspek kognitif,afektif,psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait
pendidikan”.
Dalam penyusunan MAKALAH ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak
luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun
tata bahasa.
Kami menyadari tanpa adanya
bimbingan dari dosen, serta beberapa
teman yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis, maka makalah ini tidak akan dapat terselesaikan
dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak
yang bersifat membangun
Makassar,
19 Februari,2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………..………...2
Daftar Isi…………………………………………………………………….…………...3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………….………..…..4
A.
Latar
Belakang……………………………………………………….…..……….4
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………….…………..5
Bab II Pembahasan…………….…………………………………………….……….….6
A. Pengertian penilaian (Evaluasi)……………………………………………...…..6
B. Macam – macam penilaian (Evaluasi)………………………………………..…7
C. Fungsi penilaian ( Evaluasi )………………………………………………........31
D. Tujuan penilaian ( Evaluasi )…………………………………...........................32
Bab III Penutup………………………………………………………………………....36
A.
Kesimpulan…………………………………………………………………..…...36
Daftar Pustaka………………………………………………………………………....37
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam sistem
dunia pendidikan,untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran
antara pendidik dengan yang terdidik ditentukan dari sebuah Penilaian atau
evaluasi.Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar yang secara garis besar terbagi
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
Tidak bisa
dipungkiri bahwa dari ketiga aspek tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang
sangat signifikan terhadap alat pengontrol atau pengatur diri khususnya dalam
dunia pendidikan.Namun kenyataannya,tidak banyak dari pelaku pendidik yang
terkadang mengabaikan atau bahkan secara tidak langsung memposisikan ketiga
aspek tersebut jauh dari peran dan fungsinya masing-masing,seperti adanya
ketidakseimbangan terhadap penilaian afektif,psikomotorik dan kognitif.Selain
itu ketidaktahuan serta minimnya informasi yang diterima dari para pelaku
pendidik semakin menambah deret buruknya hasil yang akan dicapai dalam suatu proses belajar mengajar .
Mengingat betapa pentingnya kegiatan
mengukur dan menilai peserta didik,maka sudah seharusnya setiap pendidik memiliki pengetahuan tentang konsep dasar
penilaian serta keterampilan
mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan. Kenyataan selama ini, misalnya masih ada
sebagian pendidik yang dalam
melaksanakan penilaian lebih mengacu pada penilaian secara individual yang
lebih menekankan pada aspek kognitif.
Padahal dalam penilaian harus
memperhatikan tiga aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Ketika aspek ini harus dinilai secara proporsional
sesuai dengan karakteristik atau sifat dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Akibatnya dapat kita saksikan yaitu banyaknya para lulusan hanya menguasai
teori saja dan tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka kuasai.
Nah,berawal
dari hal tersebut kami membuat sebuah makalah yang membahas tentang “Peran aspek kognitif, afektif,
psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait dunia pendidikan”.
B.Rumusan Masalah
1) Apakah pengertian dari penilaian ( Evaluasi ) ?
2)
Macam – macam penilaian ( Evaluasi
) ?
3) Apakah pentingnya
penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?
4) Apakah tujuan pelaksanaan penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1). Pengertian Evaluasi Belajar
Menurut harfiah kata evaluasi
berasal dari bahasa Inggris yang berarti evaluation, dalam bahasa Arab :
At Takdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya
adalah value, dalam bahasa Arab : al-Qimah, di dalam bahasa
Indonesia berarti : nilai. Dengan demikian secara harfiah evaluasi
pendidikan ( educational evaluation = at taqdir al-Tarbawiy ) dapat
diartikan penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
(Sudijono,2008) menyebutkan : “Evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”. Selanjutnya (Sudijono,2008) juga menyebutkan: “Evaluasi
pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga
dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya”. Dengan demikian evaluasi pendidikan
dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyatakan “Penilaian adalah merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan”.
Mengenai pengertian evaluasi pendidikan, Lembaga Administrasi Negara
mengemukakan bahwa batasan tentang evaluasi pendidikan adalah (1) Evaluasi
pendidikan adalah proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan. (2) Evaluasi pendidikan
adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back)
bagi penyempurnaan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka evaluasi dalam bidang pendidikan
(khususnya evaluasi terhadap prestasi belajar peserta didik) merupakan suatu
proses yang sistematis, yang berusaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat
pencapaian siswa atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sekaligus dapat memberikan gambaran tentang
efektivitas pengajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Evaluasi yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat
perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan
dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Apabila
berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat
dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan
menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar
atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga
dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
2).Macam – macam penilaian
2.1 Penilaian Kognitif,
Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
2.1.1 Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Menurut(
Bloom,1980) segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang atau aspek tersebut
adalah:
·
Pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
- Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
- Penerapan (application)
Adalah
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
- Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang
jenjang aplikasi.
- Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan
kebalikan dari proses berfikir analisis. Sistensis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang
sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling
tinggi dalam ranah kognitif. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria
yang ada.
Tujuan aspek kognitif
berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan,
metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
aspek kognitif adalah kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat
pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.1.2 Ciri-ciri Ranah
Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal,
mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut
Taksonomi Bloom (Sax,1980),
kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tabel Kaitan antara kegiatan
pembelajaran dengan tingkatan aspek
kognitif(Bloom dalam Sax, 1980)
No
|
Tingkatan
|
Deskripsi
|
1
|
Pengetahuan
|
Arti:
Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar,
teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
|
2
|
Pemahaman
|
Arti:pengertian
terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab
akibat penarikan kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨
Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨ Membedakan
atau membandingkan
¨
Mengintepretasi data
¨
Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨
Menjelaskan gagasan pokok
¨
Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
|
3
|
Aplikasi
|
Arti:
Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
|
4
|
Analisis
|
Artinya:
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan
menunjukkan hubungan antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
|
5
|
Sintesis
|
Artinya:
menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau
meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v Membuat desain
v Menemukan solusi
masalah
v Menciptakan
produksi baru,dst.
|
6
|
Evaluasi
|
Arti:
mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak
bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
|
2.1.3 Contoh Pengukuran
Ranah Penilaian Kognitif.
Apabila melihat kenyataan yang
ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan
beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan
sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang
sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Bentuk tes kognitif diantaranya;
(1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2)
pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas,
(5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8)
performans.Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
a. Ingatan yaitu kemampuan seseorang untuk
mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi,
fakta, aturan, urutan, metode.
b.
Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk memahami
tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c. Penerapan yaitu kemampuan berpikir
untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol
pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih,
mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan,
mengubah struktur.
d. Analisis yaitu Kemampuan berfikir
secara logis dalam meninjau suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci.
Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan,
mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis yaitu Kemampuan
berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola
yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan,
menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f.
Evaluasi yaitu
Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi,
sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur
tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan,
mempertimbangkan dan menentukan.
2.2 Pengertian Ranah
Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
2.2.1 Pengertian Ranah
Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah,
motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya,
penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan dan sebagainya (A.J Nitko,1983).
Ranah afektif menjadi lebih
rinci lagi ke dalam lima jenjang
menurut (A.J Nitko,1983), yaitu: (1) receiving (2)
responding (3) valuing (4) organization (5) characterization
by evalue or calue complex
·
Receiving atau attending
(= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya
adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan
menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan
suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar
mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka,
dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan
diri dengan nilai itu.
·
Responding (= menanggapi)
mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara
aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara.
Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving..
·
Valuing
(menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.
Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya
mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”,
maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai
itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian
nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik
·
Organization (=mengatur
atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
·
Characterization by
evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini
proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki
nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah
mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena
sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah
memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu
yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya
menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Secara
skematik kelima jenjang afektif, menurut A.J Nitko (1983) dapat sebagai
berikut :
1).Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,
karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima
(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik
suatu nilai.
2).Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori
sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen
sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan
pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan
dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
3).Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh
responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan
nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
2.2.2 Ciri-ciri Ranah
Penilaian Afektif
Pemikiran atau perilaku harus
memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif
(Andersen,1981). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk
ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan
derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang
lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang
kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.
Ada 5 tipe karakteristik afektif
menurut(Andersen,1981) yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.Sikap
Sikap merupakan suatu
kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap
dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan,
dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut ( Fishbein dan Ajzen,1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek,
situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap
terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting
untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran,
misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.
2.Minat
minat adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh
objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurut (kamus
besar bahasa Indonesia,1990),
minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Menurut (Getzel,1966), Penilaian minat dapat digunakan untuk:
- mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
- mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
- pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
- menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki
peserta minat sama, acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara
keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
- mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
- bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
- meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.Konsep Diri
Menurut (Smith,1970) konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri
pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya
orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif
atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum,
yaitu mulai dari rendah sampai tinggi, menurut
(Smith,1970).
Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta
didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat
dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai
berikut Menurut (Smith,1970) :
- Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
- Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
- Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
- Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
- Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
- Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
- Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
- Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
- Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
- Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
- Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
- Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
- Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
- Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
- Peserta didik mampu menilai dirinya.
- Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
- Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4.Nilai
Nilai menurut (Rokeach,1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku
yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi
ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah
nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat
dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai
disampaikan oleh ( Tyler,1973), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan
minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar
menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur
penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus
membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadap masyarakat.
5.Moral
Piaget dan Kohlberg banyak
membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah
hubungan antara judgement moral dan tindakan moral.Ia hanya
mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap
dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang
bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan
salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi
orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering
dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan
keyakinan seseorang.
Tabel Kaitan antara kegiatan
pembelajaran dengan tingkatan aspek
Afektif
Tingkat
|
Contoh
kegiatan pembelajaran
|
Penerimaan
(Receiving)
|
Arti :
Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult
menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal
matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
|
Responsi
(Responding)
|
Arti :
menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju,
ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
ü
mentaati aturan
ü
mengerjakan tugas
ü
mengungkapkan perasaan
ü
menanggapi pendapat
ü
meminta maaf atas kesalahan
ü
mendamaikan orang yang bertengkar
ü
menunjukkan empati
ü
menulis puisi
ü
melakukan renungan
ü
melakukan introspeksi
|
Acuan Nilai
( Valuing)
|
Arti :
Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih
menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
|
Organisasi
|
Arti :
mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan
saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima
di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi
suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
|
2.2.3 Contoh Pengukuran
Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah
afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam
belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu:
a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket
anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu
lembar pengamatan.
Ranah afektif menurut (Smith,1970), tidak dapat diukur
seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur
adalah:
- Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala, kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
- Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai,
meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati
tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan
dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert,
dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone:
Minat terhadap pelajaran sejarah
7
|
6
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|
Saya senang
balajar sejarah
|
|||||||
Pelajaran
sejarah bermanfaat
|
|||||||
Pelajaran
sejarah membosankan
|
|||||||
Dst….
|
Contoh Skala Likert:
Minat terhadap pelajaran sejarah
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|
||||
|
||||
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri
Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajaran
No
|
Deskripsi
|
Ya/Tidak
|
1
|
Saya lebih
suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain
|
|
2
|
Banyak yang
dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca
|
|
3
|
Saya lebih
banyak membaca untuk waktu luang saya
|
|
4
|
Dst…………..
|
2.3 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik,
Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
2.3.1 Pengertian Ranah
Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah
yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis,
menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar ranah psikomotor
dikemukakan oleh (Simpson,1956) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan
berperilaku).Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi
hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan
ranah afektif.
2.3.2 Ciri-ciri Ranah
Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain
sebagainya (Simpson,1956).
Tabel Kaitan antara
kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat
|
Deskripsi
|
I. Gerakan
Refleks
|
Arti: gerakan
refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa
sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan
leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
- mengupas mangga dengan pisau
- memotong dahan bunga
- menampilkan ekspresi yang
berbeda
- meniru gerakan polisi
lalulintas, juru parkir
- meniru gerakan daun berbagai
tumbuhan yang diterpa angina
|
II Gerakan
dasar (basic fundamental movements)
|
Arti: gerakan
ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini
terpola dan dapat ditebak
Contoh kegiatan belajar:
|
III. Gerakan
Persepsi
( Perceptual obilities)
|
Arti : Gerakan
sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨ menangkap bola,
mendrible bola
¨ melompat dari
satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan
¨ memilih satu
objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨ membaca melihat
terbangnya bola pingpong
¨ melihat gerakan
pendulun menggambar simbol geometri
¨ menulis alfabet
¨ mengulangi pola
gerak tarian
¨ memukul bola
tenis, pingpong
¨ membedakan bunyi
beragam alat musik
¨ membedakan suara
berbagai binatang
¨ mengulangi ritme
lagu yang pernah didengar
¨ membedakan
berbagai tekstur dengan meraba
|
IV. Gerakan
Kemampuan fisik (Psycal abilities)
|
Arti: gerak
lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok
otot selama waktu tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan,
kaki dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam,
pemain biola, pemain bola
|
V. gerakan
terampil (Skilled movements)
|
Arti: dapat
mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
|
VI. Gerakan
indah dan kreatif
(Non-discursive communicatio)
|
Arti:
mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
-
gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
-
gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v
kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
v
melakukan senam tingkat tinggi
v
bermain drama (acting)
v
keterampilan olahraga tingkat tinggi
|
2.3.3 Contoh Pengukuran
Ranah Penilaian Psikomotor
Ada beberapa ahli yang
menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. (Ryan,1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur
melalui:
(1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik
berlangsung,
(2) sesudah mengikuti
pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) beberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu (Leighbody,1968) berpendapat bahwa penilaian hasil
belajar psikomotor mencakup:
(1) kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja,
(2) kemampuan
menganalisis pekerjaan dan menyusun urutan pengerjaan,
(3) kecepatan mengerjakan tugas,
(4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
(5)
keserasian bentuk dengan yang diharapkan atau ukuran yang ditentukan.
v Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian
hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses,
dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada
waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan
cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau
psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan
alins ketika belajar (Leighbody,1968) .
Tes untuk mengukur ranah
psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa
tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja (Ryan,1980).
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang
dilakukan melalui tes ini,
jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat
dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2) Tes unjuk
kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang
dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya
untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas
di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk
kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik
melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan
daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating
scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur
berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang,
dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan
belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di
aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik
itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila
dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor
menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Dalam ranah psikomotorik yang
diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan
perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi
auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Contoh Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
|
Mengerjakan
Tugas (On-Task)
|
Tidak
Mengerjakan Tugas (Off-Task)
|
Catatan Guru
|
Damar
|
|||
Ayu
|
|||
Dst…..
|
Tabel Instrumen (alat) Asesmen
Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama :
…………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
|
|||||
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap
aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut
dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut
dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut
dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak
selesai
( 0 = tidak ada usaha)
|
|||||
No
|
Aspek yang
dinilai
|
Skor
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1.
|
Berdiri tegak
menghadap penonton
|
||||
2.
|
Mengubah
ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan
|
||||
3.
|
Berbicara
dengan kata-kata yang jelas
|
||||
4.
|
Tidak
mengulang-ulang pernyataan
|
||||
5.
|
Berbicara
cukup keras untuk didengar penonton
|
3.)Pentingnya penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan.
Guru ataupun pengelola pengajaran
melakukan evaluasi dengan maksud dapat mengetahui prestasi belajar siswa, dapat
mengetahui seberapa jauh efisiensi metode, teknik dan alat yang digunakan,
mengetahui yang telah dipelajari siswa dan kesulitan-kesulitan yang dialami
selama belajar. Evaluasi juga untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar
kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah dirumuskan.
Evaluasi pendidikan sendiri
memiliki fungsi secara umum dan secara khusus. Adapun fungsi dari evaluasi
pendidikan secara umum (Ryan,1980), adalah :
1.
Mengukur kemajuan
Apabila tujuan dalam kegiatan
telah tersusun atau telah direncanakan secara bertahap, maka dengan evaluasi
yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang berjalan mulus,
dan tahapan mana yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu
dengan adanya evaluasi ini terbuka kemungkinan bagi evaluatoruntuk mengukur
seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
2.
Menunjang kebutuhan
rencana
Evaluasi yang dilakukan
berkesinambungan akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan,
apakah tujuan yang teah dirumuskan akan dapat tercapai tepat pada waktunya
ataukah tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa
tujuan tidak akan dapat tercapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan
berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari
dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya.
3.
Memperbaiki atau
melakukan penyempurnaan kembali
Bukan tidak mungkin dari
data-data hasil evaluasi yang telah diperoleh perlu diadakannya
perbaikan-perbaikan. Baik perbaikan yang menyangkut organisasi, tata kerja, dan
bahkan mungkin perbaikan terhadap tujuan-tujuan organisasi itu sendiri.
Perbaikan tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah tidak mungkin, sebab
untuk apa yang harus diperbaiki, dan mengapa hal itu perlu diperbaiki, mutlak
membutuhkan hasil evaluasi suatu program
C.
Objek ( Sasaran )
Evaluasi Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek
atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan
kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan.
Objek dari evaluasi pendidikan
meliputi tiga aspek
(sudijono,2008), yakni :
1. Aspek Pengetahuan ( Kognitif )
2. Aspek Sikap ( Afektif )
3. Aspek Keterampilan ( Psikomotorik )
Ketiga aspek tersebut harus
dinilai secara proporsional sesuai dengan karateristik atau sifat dari mata
pelajaran yang bersangkutan.
D.
Subjek ( Pelaku )
Evaluasi Pendidikan di Sekolah
Subjek evaluasi pendidikan
adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi dalam bidang pendidikan.
Berbicara mengenai subjek
evaluasi pendidikan di sekolah maka subjeknya adalah guru, dimana didalam
kegiatan evaluasi pendidikan sasaran evaluasinya adalah prestasi belajar
peserta didik.
4).Tujuan Evaluasi
Sebagaimana yang dikemukakan
oleh (Sudijono,2008) bahwa tujuan
evaluasi pendidikan ada dua yaitu:
- Tujuan Umum
a.) Untuk
menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik,
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.) Untuk
mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
- Tujuan Khusus
a. ) Untuk meransang kegiatan peserta didik
dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin
timbul kegairahan atau ransangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan prestasinya masing-masing.
b. ) Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor
penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti
program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau
cara-cara perbaikannya.
Selanjutnya (Arikunto,1980) mengemukakan bahwa tujuan atau fungsi
evaluasi ada beberapa hal :
·
Penilaian berfungsi
selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai
tujuan, antara lain:
a. Untuk
memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b.
Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c. Untuk
memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d.
Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
·
Penilaian berfungsi
diagnotif
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan,
maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan
mengadakan penilaian, guru telah mengadakan diagnosa kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahan.
·
Penilaian berfungsi sebagai
penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah
pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok
mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok
siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang
sama dalam belajar.
·
Penilaian berfungsi sebagai
pengukur keberhasilan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan.
(Arikunto,1980)juga menyebutkan bahwa dalam dunia pendidikan,
khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai
segi:
1.
Makna bagi siswa
a.
Memuaskan
Jika siswa
memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu
ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
b.
Tidak memuaskan
Jika siswa tidak
puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu
tidak terulang lagi.
2.
Makna bagi guru
§ Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui
siswa-siswa mana saja yang sudah melanjutkan pelajarannya, karena sudah
berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil
menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya
kepada siswa-siswa yang belum berhasil.
§ Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat
bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan dating tidak
perlu diadakan perubahan.
§ Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat
atau belum
3.
Makna bagi sekolah
a. Dengan
hasil penilaian akan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat
diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai
dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuatu
sekolah.
b. Melalui
evaluasi dapat diperoleh informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum
untuk sekolah itu sehingga dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan
sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c.
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah
memenuhi standar atau belum.
Dengan
mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan,
diperoleh bahwa evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan tujuannya adalah selalu
diarahkan pada siswa baik secara individual maupun klasikal.
4.1 Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan di
Sekolah.
Secara umum,
ruang lingkup dari evaluasi pendidikan dalam bidang sekolah mencakup pada
tiga aspek antara lain
(Arikunto,1980) :
1. Evaluasi
mengenai program pengajaran
Evaluasi
terhadap program pengajaran mencakup tiga hal. Antara lain :
a.
Evaluasi terhadap proram pengajaran
b. Evaluasi
terhadap isi program pengajaran
c. Evaluasi
terhadap strategi belajar mengajar.
2. Evaluasi
Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam hal ini
mencakup beberapa hal antara lain :
a. Kesesuaian
antara proses belajar mengajar yang berlangsung dengan garis-garis besar
program pengajaran yang telah di tentukan.
b. Kesiapan
guru dalam melaksanakan program pembelajaran.
c. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
d. Minat atau perhatian siswa dalam mengikuti
pelajaran
e. Keaktifan atau partisipasi siswa dalam
selama proses pembelajaran berlangsung.
f. Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap
siswa yang memerlukannya
g. Komunikasi dua arah antara Guru dan murid selam proses pembelajaran
berlangsung.
h. Pemberian dorongan atau motifasi terhadap
siswa
i.
Pemberian tugas-tugas pada
siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang diperoleh didalam kelas.
j.
Upaya menghilangkan dampak
negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di
sekolah.
3.
Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi
terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup :
a. Evaluasi
mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas.
b. Evaluasi
mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan pengajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Evaluasi yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat
perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan
dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Apabila
berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat
dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan
menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar
atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga
dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
Selain itu peran Evaluasi atau
penilaian juga memberikan dampak postife khususnya dalam dunia
pendidikan,yaitu:
Ø Terbukanya
kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil
program yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
Ø Terbukanya
kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang
telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai
Ø Terbukanya
kemungkinan penyesuaian dan penyempurnaan usaha perbaikan, penyesuaian dan
penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna, sehingga
tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa evaluasi merupakan bagian yang mutlak dari
pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, pendidik telah mendapatkan pelajaran yang
cukup berharga untuk menyempurnakan metode-metode yang sudah baik dan mengatasi
kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.Untuk itu,sangat jelaslah bahwa
Penilaian afektif,kognitif,dan psikomotorik mempunyai pengaruh dan peran yang
sangat besar dalm pengembangan regulasi diri terkait pendidikan.
Daftar Pertanyaan
1).Pertanyaan
Amiruddin:
Ø Jelaskan perbedaan ketiga aspek penilaian yaitu
kognitif,afektif,psikomotorik dan berikan pula contohnya masing –masing ?
2).Pertanyaan Chaidir Adhasyah
Ø Jelaskan
lebih rinci mengenai cara –cara yang dilakukan dalam mengukur sejauh mena
tingkat aspek motorik yang kita miliki ?
3).Pertanyaan Ardiman
Ø Dari
ketiga aspek penilaian yakni kognitif,afektif dan psikomotorik,manakah diantara
ketiganya yang lebih didahulukan ?
4).Pertanyaan Darmayanti
Ø Kedudukan
Psikologi dalam memberikan penilaian ?
5).Pertanyaan Febrina
Ramadanti
Ø Seberapa
pentingkah Aspek kognitif ketimbang
aspek kognitif dan aspek psikomotorik ?
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. “Aspek Penilaian dalam
KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)”. (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012.
Anonim. 2009. “Sistem Penilaian”.
(Online) http://smak.yski.info/. Diakses
Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengembnagan Perangkat
Penilaian Psikomotor dan Prosedur Penilaian”.(Online) http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembangan-perangkat-penilaian-psikomotor/.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengukuran Ranah
Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengembangan Perangkat
Penilaian Afektif”. (Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Penilaian Ranah
Psikomotorik Siswa”. (Online) http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html.
Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Sudjana,
Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset
Sri
Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Andersen.1981.Kriteria Ranah Afektif.
Arikunto.Tujuan dan Fungsi Evaluasi.
Leighbody.1968.Penilaian Hasil Belajar Psikomotor.
Rian
.1980.Pengukuran Hasil Belajar
Keterampilan.
Simpson.1956.Hasil Belajar Psikomotorik.
Sax.1980.Aspek – Aspek Kognitif.
Tyler.1973.Defenisi Nilai.
Rokeach.1968.Pengelompokan Nilai.
Getsel.1966.Karakteristik Afektif yang Memiliki
Intensitas Tinggi.
Popham.1999.Sikap – Sikap Peserta Didik.
Kamus
bahasa Indonesia.1990.Defenisi Minat.
Fishbern
& Azjan.1975.Peran Sikap dalam
Merespon.
A.J
Natko.1983.Phylosopphy of life.
Bloom.1980.Jenjang dan aspek dalam rana kognitif.
Peran aspek kognitif ,afektif, dan psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/
5
Oleh
Azhar