Tuesday, May 8, 2012

Peran aspek kognitif ,afektif, dan psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan - Psikologi Pendidikan




Mata Kuliah         : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Umi Kusyairy,S.Psi,M.A
Tugas                   : Kelompok


Peran aspek kognitif ,afektif, dan psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan





Oleh :

Kelompok 1

Hardianti Lestari Hamsah
Fitri Amaliyah
Agung Afriandi

Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Kata Pengantar

Description: H:\images.jpeg

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran aspek kognitif,afektif,psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan”.
Dalam penyusunan MAKALAH ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
 Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dari dosen,  serta beberapa teman yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis, maka  makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun


                                                                                    Makassar, 19 Februari,2012




                                                                                                Penyusun









DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………..………...2
Daftar Isi…………………………………………………………………….…………...3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………….………..…..4
A.    Latar Belakang……………………………………………………….…..……….4
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………….…………..5
Bab II Pembahasan…………….…………………………………………….……….….6
A.    Pengertian penilaian (Evaluasi)……………………………………………...…..6
B.     Macam – macam penilaian (Evaluasi)………………………………………..…7
C.     Fungsi penilaian ( Evaluasi )………………………………………………........31
D.    Tujuan penilaian ( Evaluasi )…………………………………...........................32
Bab III Penutup………………………………………………………………………....36
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………..…...36
Daftar Pustaka………………………………………………………………………....37












BAB I
PENDAHULUAN
 A.Latar Belakang
Dalam sistem dunia pendidikan,untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran antara pendidik dengan yang terdidik ditentukan dari sebuah Penilaian atau evaluasi.Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar  yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dari ketiga aspek tersebut mempunyai peran dan pengaruh yang sangat signifikan terhadap alat pengontrol atau pengatur diri khususnya dalam dunia pendidikan.Namun kenyataannya,tidak banyak dari pelaku pendidik yang terkadang mengabaikan atau bahkan secara tidak langsung memposisikan ketiga aspek tersebut jauh dari peran dan fungsinya masing-masing,seperti adanya ketidakseimbangan terhadap penilaian afektif,psikomotorik dan kognitif.Selain itu ketidaktahuan serta minimnya informasi yang diterima dari para pelaku pendidik semakin menambah deret buruknya hasil yang akan  dicapai dalam suatu proses belajar mengajar .
Mengingat  betapa pentingnya kegiatan mengukur dan menilai peserta didik,maka sudah seharusnya setiap pendidik memiliki pengetahuan tentang konsep dasar penilaian serta keterampilan mengaplikasikannya dalam kegiatan pendidikan. Kenyataan selama ini, misalnya masih ada sebagian pendidik yang dalam melaksanakan penilaian lebih mengacu pada penilaian secara individual yang lebih menekankan pada aspek kognitif.
Padahal dalam penilaian harus memperhatikan tiga aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketika aspek ini harus dinilai secara proporsional sesuai dengan karakteristik atau sifat dari mata pelajaran yang bersangkutan. Akibatnya dapat kita saksikan yaitu banyaknya para lulusan hanya menguasai teori saja dan tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka kuasai.
Nah,berawal dari hal tersebut kami membuat sebuah makalah yang  membahas tentang “Peran aspek kognitif, afektif, psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait dunia pendidikan”.
 B.Rumusan Masalah
1)      Apakah pengertian dari penilaian ( Evaluasi ) ?
2)      Macam – macam penilaian ( Evaluasi ) ?
3)      Apakah pentingnya penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?
4)      Apakah tujuan  pelaksanaan penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan ?




























BAB II
PEMBAHASAN
 1). Pengertian Evaluasi Belajar
Menurut harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang berarti evaluation, dalam bahasa Arab : At Takdir, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab : al-Qimah, di dalam bahasa Indonesia berarti : nilai.  Dengan demikian secara harfiah evaluasi pendidikan ( educational evaluation = at taqdir al-Tarbawiy ) dapat diartikan penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
(Sudijono,2008) menyebutkan : “Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu”. Selanjutnya (Sudijono,2008) juga menyebutkan: “Evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya”. Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan  menyatakan “Penilaian adalah merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan”.
Mengenai pengertian evaluasi pendidikan, Lembaga Administrasi Negara mengemukakan bahwa batasan tentang evaluasi pendidikan adalah (1) Evaluasi pendidikan adalah proses/kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan. (2) Evaluasi pendidikan adalah usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka evaluasi dalam bidang pendidikan (khususnya evaluasi terhadap prestasi belajar peserta didik) merupakan suatu proses yang sistematis, yang berusaha untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian siswa atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sekaligus dapat memberikan gambaran tentang efektivitas pengajaran yang  dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
 2).Macam – macam penilaian

 2.1 Penilaian Kognitif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif
 2.1.1 Pengertian Ranah Penilaian Kognitif
 Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut( Bloom,1980) segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek tersebut adalah:
·         Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
 Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
  • Pemahaman (comprehension)
 Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

  • Penerapan (application)
 Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
  • Analisis (analysis)
 Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
  • Sintesis (syntesis)
 Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sistensis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
  • Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
 Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek kognitif adalah kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
2.1.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dan kemampuan mengevaluasi. Menurut Taksonomi Bloom (Sax,1980), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan  tingkatan aspek kognitif(Bloom dalam Sax, 1980)
No
Tingkatan
Deskripsi
1
Pengetahuan
Arti: Pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, teori, prosedur,dll.
Contoh kegiatan belajar:
  • Mengemukakan arti
  • Menentukan lokasi
  • Mendriskripsikan sesuatu
  • Menceritakan apa yang terjadi
  • Menguraikan apa yang terjadi
2
Pemahaman
Arti:pengertian terhadap hubungan antar-faktor, antar konsep, dan antar data hubungan sebab akibat penarikan kesimpulan
Contoh kegiatan belajar:
¨    Mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan kata-kata sendiri
¨    Membedakan atau membandingkan
¨    Mengintepretasi data
¨    Mendriskripsikan dengan kata-kata sendiri
¨    Menjelaskan gagasan pokok
¨    Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3
Aplikasi
Arti: Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
Contoh kegiatan:
  • Menghitung kebutuhan
  • Melakukan percobaan
  • Membuat peta
  • Membuat model
  • Merancang strategi
4
Analisis
Artinya: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian, atau gagasan dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut
Contoh kegiatan belajar:
  • Mengidentifikasi faktor penyebab
  • Merumuskan masalah
  • Mengajukan pertanyaan untuk mencari informasi
  • Membuat grafik
  • Mengkaji ulang
5
Sintesis
Artinya: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan/konsepatau meramu/merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru
Contoh kegiatan belajar:
v   Membuat desain
v   Menemukan solusi masalah
v   Menciptakan produksi baru,dst.
6
Evaluasi
Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tidak bermanfaat
Contoh kegiatan belajar:
Mempertahankan pendapat
Membahas suatu kasus
Memilih solusi yang lebih baik
Menulis laporan,dst.
2.1.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Kognitif.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan akan lebih baik.
Bentuk tes kognitif diantaranya;
 (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif  adalah:
a. Ingatan yaitu  kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b.  Pemahaman  yaitu kemampuan seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c. Penerapan yaitu kemampuan berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip, simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis yaitu  Kemampuan berfikir secara logis dalam  meninjau  suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan  membandingkan, menganalisis, menemukan, mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis yaitu  Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan, mengkhususkan.
f.  Evaluasi yaitu Kemampuan berpikir untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai, metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai, menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
2.2 Pengertian Ranah Penilaian Afektif, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
2.2.1 Pengertian Ranah Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan dan sebagainya (A.J Nitko,1983).
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang menurut (A.J Nitko,1983), yaitu: (1) receiving (2) responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex
·         Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
·         Responding (= menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving..
·         Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,  yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik
·         Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai  lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.
·         Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan  suatu nilai atau komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Ini adalah merupakan tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana. Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.
Secara skematik kelima jenjang afektif, menurut A.J Nitko (1983) dapat sebagai berikut :
1).Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,  Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.
2).Skala yang digunakan untuk mengukur ranah afektif  seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap   selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.
3).Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.


2.2.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Andersen,1981). Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain.
Ada 5 tipe karakteristik afektif menurut(Andersen,1981) yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1.Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut ( Fishbein dan Ajzen,1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.


2.Minat
minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut (kamus besar bahasa Indonesia,1990), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Menurut (Getzel,1966), Penilaian minat dapat digunakan untuk:
  • mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
  • mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
  • pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
  • menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
Mengelompokkan didik yang memiliki peserta minat sama, acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,
  • mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
  • bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
  • meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3.Konsep Diri
Menurut (Smith,1970) konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi, menurut (Smith,1970).

Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut Menurut (Smith,1970)  :
  • Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
  • Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
  • Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
    • Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
    • Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
    • Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
    • Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
    • Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
    • Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
    • Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
    • Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
    • Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
    • Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
    • Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
    • Peserta didik mampu menilai dirinya.
    • Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
    • Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4.Nilai
Nilai menurut (Rokeach,1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh ( Tyler,1973), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5.Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang per-kembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral.Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak.
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan  tingkatan aspek Afektif
Tingkat
Contoh kegiatan pembelajaran
Penerimaan (Receiving)
Arti : Kepekaan (keinginan menerima/memperhatikan) terhadap fenomena/stimult menunjukkan perhatian terkontrol dan terseleksi
Contoh kegiatan belajar :
-sering mendengarkan musik
- senang membaca puisi
- senang mengerjakan soal matematik
- ingin menonton sesuatu
- senang menyanyikan lagu
Responsi (Responding)
Arti : menunjukkan perhatian aktif melakukan sesuatu dengan/tentang fenomena setuju, ingin, puas meresponsi (mendengar)
Contoh kegiatan belajar :
ü      mentaati aturan
ü      mengerjakan tugas
ü      mengungkapkan perasaan
ü      menanggapi pendapat
ü      meminta maaf atas kesalahan
ü      mendamaikan orang yang bertengkar
ü      menunjukkan empati
ü      menulis puisi
ü      melakukan renungan
ü      melakukan introspeksi
Acuan Nilai
( Valuing)
Arti : Menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang pasti
Tingkatan : menerima, lebih menyukai, dan menunjukkan komitmen terhadap suatu nilai
Contoh Kegiatan Belajar :
  • mengapresiasi seni
  • menghargai peran
  • menunjukkan perhatian
  • menunjukkan alasan
  • mengoleksi kaset lagu, novel, atau barang antik
  • menunjukkan simpati kepada korban pelanggaran HAM
  • menjelaskan alasan senang membaca novel

Organisasi
Arti : mengorganisasi nilai-nilai yang relevan ke dalam suatu sistem menentukan saling hubungan antar nilai memantapkan suatu nilai yang dominan dan diterima di mana-mana memantapkan suatu nilaimyang dominan dan diterima di mana-mana
Tingkatan : konseptualisasi suatu nilai, organisasi suatu sistem nilai
Contoh kegiatan belajar :
  • rajin, tepat waktu
  • berdisiplin diri  mandiri dalam bekerja secara independen
  • objektif dalam memecahkan masalah
  • mempertahankan pola hidup sehat
  • menilai masih pada fasilitas umum dan mengajukan saran perbaikan
  • menyarankan pemecahan masalah HAM
  • menilai kebiasaan konsumsi
  • mendiskusikan cara-cara menyelesaikan konflik antar- teman
2.2.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif menurut (Smith,1970),  tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
  1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,  kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
  2. Merespon,  meliputi merespon secara  diam-diam, bersedia merespon, merasa  puas  dalam merespon, mematuhi peraturan
  3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap nilai
  4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya. Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
Skala yang sering digunakan dalam instrumen (alat) penilaian afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Contoh Skala Thurstone: Minat terhadap pelajaran sejarah

7
6
5
4
3
2
1
Saya senang balajar sejarah







Pelajaran sejarah bermanfaat







Pelajaran sejarah membosankan







Dst….







Contoh Skala Likert: Minat terhadap pelajaran sejarah
  1. Pelajaran sejarah bermanfaat
SS
S
TS
STS
  1. Pelajaran sejarah sulit




  1. Tidak semua harus belajar sejarah




  1. Sekolah saya menyenangkan




Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Contoh Lembar Penilaian Diri Siswa
Minat Membaca
Nama Pembelajaran
No
Deskripsi
Ya/Tidak
1
Saya lebih suka membaca dibandingkan dengan melakukan hal-hal lain

2
Banyak yang dapat saya ambil hikmah dari buku yang saya baca

3
Saya lebih banyak membaca untuk waktu luang saya

4
Dst…………..


 2.3 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotorik, Ciri-ciri, dan Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotorik
2.3.1 Pengertian Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh (Simpson,1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif.
2.3.2 Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya (Simpson,1956).
Tabel  Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek Psikomotorik
Tingkat
Deskripsi
I. Gerakan Refleks
Arti: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
- mengupas mangga dengan pisau
- memotong dahan bunga
- menampilkan ekspresi yang berbeda
- meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
- meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angina
II Gerakan dasar (basic fundamental movements)
Arti: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak
Contoh kegiatan belajar:
  • · contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk, merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
  • · contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan, muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari, memanjat.
  • · Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok, menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas objek, blok atau mainan.
  • · Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
III. Gerakan Persepsi
( Perceptual obilities)
Arti : Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual
Contoh kegiatan belajar:
¨   menangkap bola, mendrible bola
¨   melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil menjaga keseimbangan
¨   memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang ukurannya bervariasi
¨   membaca melihat terbangnya bola pingpong
¨   melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
¨   menulis alfabet
¨   mengulangi pola gerak tarian
¨   memukul bola tenis, pingpong
¨   membedakan bunyi beragam alat musik
¨   membedakan suara berbagai binatang
¨   mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
¨   membedakan berbagai tekstur dengan meraba

IV. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities)
Arti: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
Contoh kegiatan belajar:
menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
berlari jauh
mengangkat beban
menarik-mendorong
melakukan push-up
kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
menari
melakukan senam
melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
V. gerakan terampil (Skilled movements)
Arti: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh kegiatan belajar:
  • melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
  • menari, berdansa
  • membuat kerajinan tangan
  • menggergaji
  • mengetik
  • bermain piano
  • memanah
  • skating
  • melakukan gerak akrobatik
  • melakukan koprol yang sulit
VI. Gerakan indah dan kreatif
(Non-discursive communicatio)
Arti: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
-       gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan indah
-       gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
v       kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari baletr
v        melakukan senam tingkat tinggi
v        bermain drama (acting)
v       keterampilan olahraga tingkat tinggi

2.3.3 Contoh Pengukuran Ranah Penilaian Psikomotor
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor. (Ryan,1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui:
(1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
(3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Sementara itu (Leighbody,1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup:
(1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja,
(2) kemampuan menganalisis pekerjaan dan menyusun urutan pengerjaan,
 (3) kecepatan mengerjakan tugas,
 (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
(5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan atau ukuran yang  ditentukan.
v  Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi   atau pengamatan. Observasi  sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar (Leighbody,1968) .
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut   dapat berupa tes paper and  pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja (Ryan,1980).
1)    Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,           jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga  peserta didik dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah  menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2)    Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan  sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan   daftar cek (check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale).  Psikomotorik  yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari  sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak baik.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik itu juga ada ranah kognitif dan afektifnya, namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor. Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan tes unjuk kerja atau lembar tugas.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Contoh Lembar observasi
Beri Tanda (√)
Nama Siswa
Mengerjakan Tugas (On-Task)
Tidak Mengerjakan Tugas (Off-Task)
Catatan Guru
Damar



Ayu



Dst…..



Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale
Nama : …………………………………………….
Kelas : …………………………………………….
Petunjuk:
Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut:
(4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
(3) bila aspek tersebut dilakaukan dengan benar tapi lama
(2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah
(1) bila dilakukan tapi tidak selesai
( 0 = tidak ada usaha)
No
Aspek yang dinilai
Skor
4
3
2
1
1.
Berdiri tegak menghadap penonton




2.
Mengubah ekspresi wjah sesuai dengan pernyataan




3.
Berbicara dengan kata-kata yang jelas




4.
Tidak mengulang-ulang pernyataan




5.
Berbicara cukup keras untuk didengar penonton




 3.)Pentingnya penilaian ( Evaluasi ) dalam pendidikan.
Guru ataupun pengelola pengajaran melakukan evaluasi dengan maksud dapat mengetahui prestasi belajar siswa, dapat mengetahui seberapa jauh efisiensi metode, teknik dan alat yang digunakan, mengetahui yang telah dipelajari siswa dan kesulitan-kesulitan yang dialami selama belajar. Evaluasi juga untuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
Evaluasi pendidikan sendiri memiliki fungsi secara umum dan secara khusus. Adapun fungsi dari evaluasi pendidikan secara umum (Ryan,1980), adalah :
1.      Mengukur kemajuan
Apabila tujuan dalam kegiatan telah tersusun atau telah direncanakan secara bertahap, maka dengan evaluasi yang berkesinambungan akan dapat dipantau, tahapan manakah yang berjalan mulus, dan tahapan mana yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu dengan adanya evaluasi ini terbuka kemungkinan bagi evaluatoruntuk mengukur seberapa jauh atau seberapa besar kemajuan atau perkembangan program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.
2.      Menunjang kebutuhan rencana
Evaluasi yang dilakukan berkesinambungan akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan, apakah tujuan yang teah dirumuskan akan dapat tercapai tepat pada waktunya ataukah tidak. Apabila berdasar data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat tercapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya.
3.      Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
Bukan tidak mungkin dari data-data hasil evaluasi yang telah diperoleh perlu diadakannya perbaikan-perbaikan. Baik perbaikan yang menyangkut organisasi, tata kerja, dan bahkan mungkin perbaikan terhadap tujuan-tujuan organisasi itu sendiri. Perbaikan tanpa didahului oleh kegiatan evaluasi adalah tidak mungkin, sebab untuk apa yang harus diperbaiki, dan mengapa hal itu perlu diperbaiki, mutlak membutuhkan hasil evaluasi suatu program
C.    Objek ( Sasaran ) Evaluasi Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan.
Objek dari evaluasi pendidikan meliputi tiga aspek (sudijono,2008), yakni :
1.      Aspek Pengetahuan ( Kognitif )
2.      Aspek Sikap ( Afektif )
3.      Aspek Keterampilan ( Psikomotorik )
Ketiga aspek tersebut harus dinilai secara proporsional sesuai dengan karateristik atau sifat dari mata pelajaran yang bersangkutan.
D.    Subjek ( Pelaku ) Evaluasi Pendidikan di Sekolah
Subjek evaluasi pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi dalam bidang pendidikan.
Berbicara mengenai subjek evaluasi pendidikan di sekolah maka subjeknya adalah guru, dimana didalam kegiatan evaluasi pendidikan sasaran evaluasinya adalah prestasi belajar peserta didik.

 4).Tujuan Evaluasi
Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Sudijono,2008) bahwa tujuan evaluasi pendidikan ada dua yaitu:
  1. Tujuan Umum
a.)       Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b.)      Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
  1. Tujuan Khusus
a. )      Untuk meransang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau ransangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
b. )     Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.
Selanjutnya (Arikunto,1980) mengemukakan bahwa tujuan atau fungsi evaluasi ada beberapa hal :
·         Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai tujuan, antara lain:
a.       Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
b.      Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya
c.       Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
d.      Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.
·         Penilaian berfungsi diagnotif
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Jadi dengan mengadakan penilaian, guru telah mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan.
·         Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
·         Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
(Arikunto,1980)juga menyebutkan bahwa dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi:
1.        Makna bagi siswa
a.       Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan, dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan lain waktu.
b.      Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi.

2.        Makna bagi guru
§  Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana saja yang sudah melanjutkan pelajarannya, karena sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil.
§  Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan dating tidak perlu diadakan perubahan.
§  Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum



3.        Makna bagi sekolah
a.       Dengan hasil penilaian akan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas sesuatu sekolah.
b.      Melalui evaluasi dapat diperoleh informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu sehingga dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang akan datang.
c.       Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum.
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem pendidikan, diperoleh bahwa evaluasi dalam pelaksanaan pendidikan tujuannya adalah selalu diarahkan pada siswa baik secara individual maupun klasikal.

 4.1 Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan di Sekolah.
Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi pendidikan  dalam bidang sekolah mencakup pada tiga aspek antara lain (Arikunto,1980) :
1.      Evaluasi mengenai program pengajaran
Evaluasi terhadap program pengajaran mencakup tiga hal. Antara lain :
a.       Evaluasi terhadap proram pengajaran
b.      Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c.       Evaluasi terhadap strategi belajar mengajar.
2.      Evaluasi Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam hal ini mencakup beberapa hal antara lain :
a.       Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung dengan garis-garis besar program pengajaran yang telah di tentukan.
b.      Kesiapan guru dalam melaksanakan program pembelajaran.
c.       Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d.      Minat atau perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
e.       Keaktifan atau partisipasi siswa dalam selama proses pembelajaran berlangsung.
f.       Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya
g.      Komunikasi dua arah antara Guru dan murid selam proses pembelajaran berlangsung.
h.      Pemberian dorongan atau motifasi terhadap siswa
i.        Pemberian tugas-tugas pada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang diperoleh didalam kelas.
j.        Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.
3.      Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup :
a.       Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas.
b.      Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan pengajaran.

















BAB III
PENUTUP
 A.Kesimpulan
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan (estimations), apakah tujuan yang telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan, ataukah tidak. Apabila berdasarkan data hasil evaluasi itu diperkirakan bahwa tujuan tidak akan dapat dicapai sesuai dengan rencana, maka evaluator akan berusaha untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebabnya, serta mencari dan menemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi kegiatan evaluasi pada dasarnya juga dimaksudkan untuk melakukan perbaikan atau penyempurnaan usaha.
Selain itu peran Evaluasi atau penilaian juga memberikan dampak postife khususnya dalam dunia pendidikan,yaitu:
Ø  Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang hasil-hasil program yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
Ø  Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai
Ø  Terbukanya kemungkinan penyesuaian dan penyempurnaan usaha perbaikan, penyesuaian dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan akan dapat dicapai dengan hasil yang sebaik-baiknya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan bagian yang  mutlak dari pembelajaran. Dengan adanya evaluasi, pendidik telah mendapatkan pelajaran yang cukup berharga untuk menyempurnakan metode-metode yang sudah baik dan mengatasi kekurangan-kekurangan metode yang tidak efektif.Untuk itu,sangat jelaslah bahwa Penilaian afektif,kognitif,dan psikomotorik mempunyai pengaruh dan peran yang sangat besar dalm pengembangan regulasi diri terkait pendidikan.

           

Daftar Pertanyaan


1).Pertanyaan Amiruddin:

Ø Jelaskan  perbedaan ketiga aspek penilaian yaitu kognitif,afektif,psikomotorik dan berikan pula contohnya masing –masing ?

2).Pertanyaan  Chaidir Adhasyah

Ø Jelaskan lebih rinci mengenai cara –cara yang dilakukan dalam mengukur sejauh mena tingkat aspek motorik yang kita miliki ?

3).Pertanyaan Ardiman

Ø Dari ketiga aspek penilaian yakni kognitif,afektif dan psikomotorik,manakah diantara ketiganya yang lebih didahulukan ?

4).Pertanyaan Darmayanti

Ø Kedudukan Psikologi dalam memberikan penilaian ?

5).Pertanyaan Febrina Ramadanti

Ø Seberapa pentingkah Aspek kognitif  ketimbang aspek kognitif dan aspek psikomotorik ?









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. “Aspek Penilaian dalam KTSP Bag 1 (Aspek Kognitif)”. (Online) http://massofa.wordpress.com/feed/. Diakses Tanggal 19 Februari 2012.
Anonim. 2009. “Sistem Penilaian”. (Online) http://smak.yski.info/. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengembnagan Perangkat Penilaian Psikomotor dan Prosedur Penilaian”.(Online) http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/17/pengembangan-perangkat-penilaian-psikomotor/. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor”. (Online) http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/08/pengukuran-ranah-kognitif-afektif-dan.html. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif”. (Online) http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/15/pengertian-fungsi-dan-mekanisme-penetapan-kriteria-ketuntasan-minimal-kkm/. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Anonim. 2009. “Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa”. (Online) http://delapanratus.blogspot.com/2009/04/penilaian-ranah-psikomotorik-siswa.html. Diakses Tanggal 19 Februari 2012
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sri Wardani. 2004. Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Andersen.1981.Kriteria Ranah Afektif.
Arikunto.Tujuan dan Fungsi Evaluasi.
Leighbody.1968.Penilaian Hasil Belajar Psikomotor.
Rian .1980.Pengukuran Hasil Belajar Keterampilan.
Simpson.1956.Hasil Belajar Psikomotorik.
Sax.1980.Aspek – Aspek Kognitif.
Tyler.1973.Defenisi Nilai.
Rokeach.1968.Pengelompokan Nilai.
Getsel.1966.Karakteristik Afektif yang Memiliki Intensitas Tinggi.
Popham.1999.Sikap – Sikap Peserta Didik.
Kamus bahasa Indonesia.1990.Defenisi Minat.
Fishbern & Azjan.1975.Peran Sikap dalam Merespon.
A.J Natko.1983.Phylosopphy of life.
Bloom.1980.Jenjang dan aspek dalam rana kognitif.






















Artikel Terkait

Peran aspek kognitif ,afektif, dan psikomotorik dalam mengembangkan regulasi diri terkait pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/ 5
Oleh

Berlangganun

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email