Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen : Dra.St.Nurjannah Yusuf Takeng M.Pd
Tugas : Kelompok
“Teori
Belajar Kontruktivisme dan Implikasinya dalam Pendidikan”
Disusun
Oleh :
Kelompok
10
Andi Muahammad Syukri
20400111001
Ardiman
20400111019
Emilia
20400111029
Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2012
Kata
Pengantar
Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah S.W.T
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga kami (kelompok 10) dapat
menyelesaikan makalah ini sekalipun sifatnya masih sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak terutama pribadi kami sendiri pada khususnya,yang dapat menunjang
pembelajaran psikologi pada umumnya.Kami mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini baik secara
langsung maupun tidak langsung utamanya kepada dosen pembimbing mata kuliah
yang telah banyak memberikan arahan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan,oleh karenanya saran yang konstruktif sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah
kami ini.
Makassar,29 April 2012
Penyusun
Daftar isi
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang………………………………………………….
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………
Pembahasan
2.1 Teori Belajar Konstrutivisme
a. Pengertian dan teori belajar
konstruktivistik…………………………………………….
b. Tujuan teori konstruktivistik…………………………………………………………….
c. Ciri-ciri Pembelajaran Secara
Konstruktivistik………………………………………….
d. Prinsip-prinsip Konstruktivistik………………………………………………………….
e. Hakikat Anak Menurut Teori Belajar
Konstruktivistik
f. Kelebihan dan Kelemahan Teori
Belajar Konstruktivistik
2.2 Implikasi Teori Konstruktivistik
pada Pembelajaran (Pendidikan)………………………………….
Penutup
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….
3.2 Saran……………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir,
merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang
berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan
menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari
sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan
interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme
berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks
yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang
menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam minda manusia. Unsur-unsur
konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan
pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti tetapi tidak begitu
ketara dan tidak ditekankan.Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan
sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk
yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut
pengalaman masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan
hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid
sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher centered. Blok binaan asas
bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental
yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan
pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi
suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.Kenyataan
yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya
telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif
terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.
Untuk membantu murid membina konsep atau pengetahuan
baru, guru harus mengambil kira struktur kognitif yang sedia ada pada mereka.
Apabila istilah baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian
dari pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu
pengetahuan dapat dibina. Hal inilah yang biasa dinamakan dengan konstruktivisme.
1.2 Rumusan Masalah
1
Apa Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?
2
Apa Prinsip-prinsip dan hakikat anak menurut teori
Konstruktivistik
3
Bagaimanakah mengimplementasikan Teori Konstruktivisme Pada
Pembelajaran?
Pembahasan
1.1 Teori
Belajar Konstruktivisme
a.
Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori
Konstruktivisme
Teori
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan
kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
1.
Pelajar aktif membina pengetahuan
berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2.
Dalam konteks pembelajaran,
pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3.
Pentingnya membina pengetahuan
secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4.
Unsur terpenting dalam teori ini
ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara
membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5.
Ketidakseimbangan merupakan faktor
motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar
menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan
ilmiah.
6.
Bahan pengajaran yang disediakan
perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat
pelajar.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal
berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental
Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori
perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak
untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir
hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi
dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada
tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi,
1988: 132).
Menurut
Wheatley (1991: 12) berpendapat dengan mengajukan dua prinsip utama dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa.
Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui
pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Dari
pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara
aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu
pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4)
mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar
itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk
mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi
terjadinya proses belajar tersebut.
Selain
penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya
dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih
bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4)
siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya.
b.
Tujuan Teori Konstruktivisme di
Kelas
ü Adanya motivasi untuk siswa bahwa
belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
ü Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
ü Membantu siswa untuk mengembangkan
pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
ü Mengembangkan kemampuan siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri.
ü Lebih menekankan pada proses belajar
bagaimana belajar itu.
c.
Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
- Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar
- Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
- Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
- Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
- Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan
- Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar
- Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
- Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
- Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
- Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
- Menekankan bagaimana siswa belajar
- Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru
- Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif
- Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
- Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar
- Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar
17. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman
nyata
d.
Hakikat Anak Menurut
Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme
Salah satu teori atau pandangan
yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah
teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam
mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak
berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang
dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi
adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga
informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang
akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru
yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Lebih jauh Piaget mengemukakan
bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan
melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa
jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan
tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999:
61).
Dari pandangan Piaget tentang
tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara
maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan
intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan
lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam
Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
(1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
(2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa, (3)
pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan
seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari
kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori
belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam
pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan
skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan
skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan
sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo, 1998: 5).
Dari pengertian di atas, dapat
dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara
interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau
lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Berbeda dengan kontruktivisme
kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky
adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan
sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah
diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Dalam
penjelasan lain Tanjung (1998: 7) mengatakan bahwa inti konstruktivis Vigotsky
adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang penekanannya pada
lingkungan sosial dalam belajar.
Adapun implikasi dari teori
belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63) adalah
sebagai berikut: (1) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme
adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi, (2) kurikulum dirancang
sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan
keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan
memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan (3) peserta didik
diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik.
e.
Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstrutivisme
v Kelebihan
1. Berfikir alam proses membina
pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan
membuat keputusan.
2. Faham :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan
boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
3. Ingat :Oleh kerana murid terlibat
secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Yakin
Murid melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka. Justeru mereka
lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial
diperolehi apabila berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan
baru.
5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat
secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka
mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
v Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau
kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru
sebagai pendidik sepertinya kurang begitu mendukung.
2.2 Implikasi Teori
Konstruktivisme di Kelas
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran
konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapan di
kelas.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)
2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon
Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan
3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi
Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya
4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya
Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas
5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi
Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata
6. Guru memberika data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif
Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama.
Penutup
3.1
Kesimpulan
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara atau fasilitator.
Kesimpulannya pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau pengetahuan. Disamping itu, guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kefahamannya tentang sesuatu bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi. Selain itu, beban guru sebagai pengajar akan berkurangan di mana guru lebih bertindak sebagai pemudahcara atau fasilitator.
Pembelajaran secara Konstruktivisme
berdasarkan beberapa pandangan baru tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana
boleh diperolehi ilmu tersebut. Pembentukan pengetahuan baru lahir daripada
gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini menggalakkan murid
mencipta penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan
hipotesis-hipotesis dan idea-idea baru.
3.2 Saran
Pembelajaran sangat sarat dengan
konsep-konsep yang membutuhkan penalaran tinggi. Agar hasil belajar yang
dicapai lebih optimum maka para guru fisika sebaiknya selalu memperhatikan
penalaran formal yang telah dimiliki siswa. Sehingga strategi pengubah
miskonsepsi dapat ditentukan dengan tepat. Telah terbukti bahwa kualitas miskonsepsi
yang dimiliki siswa sangat tergantung pada penalaran formal siswa.
Daftar Pustaka
Usman,Khairul.Implementasi Model Teori Konstrutivisme.(diunduh pada
tanggal 29-04-2012),http://khairilusman.wordpress.com/2011/10/29/implementasi-model-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/.
Hajrie.Teori Belajar Konstruktivisme.http://vhajrie27.wordpress.com/2009/04/16/penerapan-teori-belajar-konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ips-tentang-pengaruh-cuaca-terhadap-kehidupan-manusia/.
Yahya.Model Konstrutivisme.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/
Teori belajar konstruktivisme dan implikasinya dalam pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/
5
Oleh
Azhar
3 comments
postingan yang bagus dan menarik untuk di baca... saya suka mengunjungi blog ini
Replyposttingannya bagus sekali..tapi bagaimana ya mau di download,padahal bisa dijadikan referensi pembuatan makalah saya..
ReplyAlhamdulillah,berkat posting ini z terbantu menyelesaikan makalah..Terima kasih!
Reply