Dosen Pengantar : Umi Khusyairi,
S.Psi, M.A
Tugas : Kelompok II
Peran Multiple Intelligences terkhusus pada
kaitan antara perkembangan bahasa dengan intelligensi dalam proses pendidikan
Disusun oleh:
ANDI MULIANA
Asti astuti ningsih
ABDUL RAHMAN
Habluddin
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
Fakultas tarbiyah dan keguruan
Universitas islam negeri alauddin
2012
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “Peran Multiple Intelligences terkhusus pada kaitan
antara perkembangan bahasa dengan intelligensi dalam proses pendidikan”.
Dalam penyusunan MAKALAH ini penulis telah
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Namun sebagai
manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi
tekhnik penulisan maupun tata bahasa.
Kami
menyadari tanpa kerja sama antara guru, penulis serta beberapa teman yang
memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis, maka makalah ini tidak akan dapat terselesaikan
dengan baik. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi
kelancaran penyusunan makalah ini.
Demikian semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran
serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Samata, 5 Maret 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………..………………………………i
Daftar
Isi…………………………………………………………………………ii
BAB I Pendahuluan
·
Latar Belakang…………………………………………........................1-2
·
Rumusan Masalah………………………………………………………3
BAB II Pembahasan
·
Sejarah Multiple Intelligensi dan
Howard Gardner……......................4-7
·
Jenis-Jenis Multiple
Intelligensi………………………………………..7-9
·
Pengertian intelligensi dan
faktor yang mempengaruhinya.. ………...9-11
·
Perkembangan Bahasa dan
Intelligensi………………………………..11-16
BAB III Penutup
·
Kesimpulan……………………………………………………………..17
Daftar
Pustaka………………………………………………………………….18
Daftar
Pertanyaan………………………………………………………………19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Apakah makna intelegensi yang sesungguhnya ?
Masyarakat umumnya mengenalintelegensi sebagai istilah yang menggambarkan
kecerdasan, kepintaran ataupunkemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi.
Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai
siswa yang pintar, siswa yang selalunaik kelas dengan nilai baik atau siswa
yang jempolan di kelasnya. Bahkan gambaranini meluas pada citra fisik, yaitu
citra anak yang wajahnya bersih, berpakaian rapi,matanya bersinar atau
berkacamata. Sebaliknya gamabran anak yang berintelegensirendah membawa citra
seseorang yang lamaban berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya
rendah dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata
bingung.Pengertian awam seperti itu sudah sedikit menggambarkan apa itu
intelegensi danumumnya tidak berbeda jauh dari pengertian intelegensi.Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai intelegensi secara lebih dalam,
jugateori-teori intelegensi dari berbagai tokoh-tokoh.
1. Howard Gardner Howard Gardner
lahir 11 Juni 1943, ia masuk Harvard pada tahun 1961, dengankeinginan awal,
masuk Jurusan Sejarah, tetapi di bawah pengaruh Erik Erikson, ia berubah
mempelajari Hubungan-sosial (gabungan psikologi, sosiologi, danantropologi),
dengan kosentrasi di psikologi klinis. Lalu ia terpengaruh oleh psikolog
Jerome Bruner dan Jean Piaget. Setelah Ph.D di Harvard pada tahun 1971dengan
disertasi masalah ³Sensitivitas pada anak-anak´, Gardner terus bekerja
diHarvard, di Proyek Zero. Didirikan pada tahun 1967, Proyek Zero
dikhususkankepada kajian sistematis pemikiran artistik dan kreativitas dalam
seni, sertahumanistik dan disiplin ilmu, baik di tingkat individu dan
kelembagaan.
Kecerdasanmenurutnya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru
sertakemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.
Kecerdasan bergantung
pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita,dan bukan
tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
2. Alfred Binet
dan Theodore Simon
Sejarah Perkembangan
kecerdasan Majemuk Howard Gardner
Intellegence (Kecerdasan) adalah kemampuan untuk memecahkan
persoalan danmenghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi nyata (Gardner; 1983;1993).
Kalimat itulah yang menjadi definisi intelegensi
menurutHoward Gardner.Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti
itu bila dia masuk diJurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik? jelas
masalah fisika-teoritis Einstein,Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah
jenius-jenius, tetapi bab olahraga makaZinedine Zidane, Michael Jordan, Diego
Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, jugaMozart, Bach, Thopati,
Purwacaraka adalah jenius-jenius dibidang music dan seterusnya.Juga Thomas Alfa
Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film,bagaimana
mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelahitu,
adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini,
dan bahkandialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah
Howard Gardnermengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple
Intelligences(Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru sudah
merubah dari TestIQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh
kemampuan Matematika danBahasa), menjadi Multiple Intelligences.
Teori Intellgensi Binet & SimonInteligensi dan
IQ Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua
istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Artiinteligensi
sudah dijelaskan di depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari IntelligenceQuotient,
adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengandemikian, IQ
hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasanseseorang dan tidak
menggambarkan
kecerdasan
seseorang secara keseluruhan.
B.
Rumusan Masalah
1)
Sejarah Multiple Intelligensi dan
Howard Gardner
2)
Jenis-jenis kecerdasan Multiple
Intelligensi
3)
Pengertian intelligensi dan
faktor yang mempengaruhinya.
4)
Perkembangan bahasa dalam
pendidikan.
5)
Hubungan bahasa dan intelligensi.
BAB II
PENDAHULUAN
A.
Howard Gardner dan Multiple Intelligences?
Howard
Gardner lahir 11 Juni 1943, ia masuk Harvard pada tahun 1961, dengan keinginan
awal, masuk Jurusan Sejarah, tetapi di bawah pengaruh Erik Erikson, ia berubah
mempelajari Hubungan-sosial (gabungan psikologi, sosiologi, dan antropologi),
dengan kosentrasi di psikologi klinis. Lalu ia terpengaruh oleh psikolog Jerome
Bruner dan Jean Piaget. Setelah Ph.D di Harvard pada tahun 1971 dengan
disertasi masalah “Sensitivitas pada anak-anak”, Gardner terus bekerja di Harvard,
di Proyek Zero. Didirikan pada tahun 1967, Proyek Zero dikhususkan kepada
kajian sistematis pemikiran artistik dan kreativitas dalam seni, serta
humanistik dan disiplin ilmu, baik di tingkat individu dan kelembagaan. Kecerdasan kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk
belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada
konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan
tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi. (Howard Gardner ;
1983-1993).
Kita bisa
mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia masuk di Jurusan
Biologi atau belajar main bola dan Musik…jelas masalah fisika-teoritis
Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius, tetapi bab
olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga
Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Dst..dst…juga Thoman A. Edison
adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka
mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan
ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan
bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah
Howard Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk),
dimana dia mengatakan bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu
hanya test tulis (dimana didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa),
menjadi Multiple Intelligences.
Intellegence (Kecerdasan) katanya adalah kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan
dalam situasi nyata (Gardner; 1983;1993 frame of mind)
Multiple
intelegencies = Kecerdasan Ganda meliputi;
- Intelegensi Linguistik (bahasa)
- Intelegensi matematis-Logis
- Intelegensi Ruang-Spasial
- Intelegensi Kinestetik-badani
- Intelegensi Musik
- Intelegensi Interpersonal
- Intelegensi Intrapersonal
- Intelegensi lingkungan/Naturalis (Perkembangan selanjutnya dari 7)
- Intelegensi eksistensial (Perkembangan lebih lanjut dari 8)
Awal dalam bukunya, hanya 7 kecerdasan, tetapi dikemudian hari dan sampai
sekarang berkembang menjadi 8, 9 bahkan terakhir katanya 10 kecerdasan. Kekurangan atau problem, tapi juga
mungkin kelebihan, dari teori kecerdasan ganda adalah, kecerdasan ini bisa berkembang
terus, sebab tergantung syarat yang bisa dipenuhinya. Gardner (dalam Frame of Mind: The Theory of multiple
Intelligences; 1985)
menyatakan; “kecerdasan kandidat” dalam modelnya “lebih menyerupai pertimbangan
artistic ketimbang penaksiran ilmiah” (hal 63). Dengan demikian, kecerdasan
tambahan sebanyak apapun bisa dimasukkan kedalam model Gardner, karena
menurutnya: “Tidak ada, dan tidak akan pernah ada, daftar kecerdasan manusia
yang tidak terbantahkan dan diterima secara universal….kita bisa lebih
mendekati tujuan itu jika kita berpegang hanya pada satu tingkat analisis
(misalnya neurofisiologis)….” (hal 60). (Barbara K. Given, “Brain-Based
Teaching”, hal 75).
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap
kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya; Empat diantaranya adalah;
1. Setiap
kecerdasan dapat dilambangkan à misal matematika jelas ada lambang, Musik ada
lambang (not dll),
kinestetik ada lambang atau irama gerak dst.
2. Setiap
Kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan à artinya
tidak seperti IQ yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah
ditetapkan saat kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences)
percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanan,
mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan
berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring
dengan menuanya seseorang. Kecerdasan paling awal muncul adalah Musik lalu
Logis-Matematis.
3. Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat
kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu. Misal orang dengan kerusakan
pada Lobus Frontal pada belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau
menulis dengan mudah, namun tanpa kesulitan dapat menyanyi,
melukis dan menari. Orang yang lobus Temporalnya kanan yang rusak,
mungkin mengalami kesulitan dibidang music tetapi dengan mudah mampu bicara,
membaca dan menulis. Pasien dengan kerusakan pada Lobus oksipital belahan otak
kanan mengkin mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati
detail visual. (Amstrong, 1999).
Kecerdasan
linguistic ada pada belahan otak kiri, sementara music, spatial dan
antarpribadi cenderung di belahan otak kanan. Kinestetik-jasmani menyangkut
kortek motor, ganglia basal, dan serebellum (otak kecil). Lobus frontal
mengambil peran penting pada kecerdasan intrapribadi (intrapersonal).
4. Setiap kecerdasan mempunyai nilai budaya. Ã Artinya tidak harus matematis-logis yang penting atau Spatial atau Musik
atau…atau tergantung budaya masing-masing missal ada kemampun naik kuda,
melacak jejak dll dalam budaya tertentu itu sangat-sangat penting dst.
Inilah empat
syarat yang diberikan oleh Howard Gardner, makanya teorinya berkembang dari 7
Kecerdasan (Linguistik, Logis-Matematis, Musik, Spatial-Visual, Kenestetik,
Intrerpersonal dan intrapersonal) Menjadi 9 (tambahan 2 yaitu; Naturalis dan
terbaru Eksistensialis).
Sebagai contoh; bagaimana anda menghafal nomor telpon? Apakah anda
mengulang-ngulang nomor tadi sebelum menelpon (ini berarti anda menggunakan
teknik Liguistik) atau anda menbayangkan pola tombol yang harus anda tekan
dalam pola peletakan tombol angka-angka (menggunakan metode Spatial-Visual)
atau malah anda mengingat-ingat nada khas tiap-tiap angka (strategi Musikal).
B.
Jenis-jenis
kecerdasan dalam Multiple Intelligensi
Sembilan Jenis Kecerdasan
1.
Jenis
kecerdasan pertama, kecerdasan linguistik, adalah
kecerdasan dalam mengolah kata. Ini
merupakan kecerdasan para jurnalis, juru cerita, penyair, dan pengacara. Jenis
pemikiran inilah yang menghasilkan King Lear karya
Shakespeare, Odyssey karya
Homerus, dan Kisah Seribu Satu Malam dari Arab.
Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargu-mentasi, meyakinkan orang,
menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.
Mereka senang bermain-main dengan bunyi bahasa melalui teka-teki kata,
permainan kata (pun), dan tongue twister. Kadang-kadang
mereka pun mahir dalam hal-hal kecil, sebab mereka mampu mengingat berbagai
fakta. Bisa jadi mereka adalah ahli sastra. Mereka gemar sekali membaca, dapat
menulis dengan jelas, dan dapat mengartikan bahasa tulisan secara luas.
2.
Jenis kecerdasan
kedua, Logis-matematis, adalah
kecerdasan dalam hal angka dan hgika. Ini
merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemrogram komputer. Newton
menggunakan kecerdasan ini ketika ia menemukan kalkulus. Demikian pula dengan
Einstein ketika ia menyu-sun teori relativitasnya. Ciri-ciri orang yang cerdas
secara logis-mate-matis mencakup kemampuan dalam penalaran, mengurutkan,
berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan
konseptual atau pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.
3.
Kecerdasan Spasial adalah jenis
kecerdasan yang ketiga, mencakup bapikir dalam gambar, serta
kemampuan untuk mencerap, mengubah, dan menciptakan
kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial.
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek, fotografer, artis, pilot, dan
insinyur mesin. Siapa pun yang merancang piramida di Mesir, pasti mempunyai
kecerdasan ini. Demikian pula dengan tokoh-tokoh seperti Thomas Edison, Pablo
Picasso, dan Ansel Adams. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi
hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide
secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi
4.
Kecerdasan musikal adalah jenis
kecerdasan keempat. Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap,
menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Bach, Beethoven, atau Brahms, dan
juga pemain gamelan Bali atau penyanyi cerita epik Yugoslavia, se-muanya
mempunyai kecerdasan ini. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka
nada, dapat menyanyikan lagu dengan tepat, dapat mengikuti irama musik, dan
yang mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.
5. Kecerdasan kelima, kinestetik-jasmani, adalah
kecerdasan fisik. Kecerdasan
ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan kete-rampilan dalam
menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan
kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Demikian pula Charlie Chaplin, yang
memanfaatkan kecerdasan ini untuk melakukan gerakan tap dance
sebagai "Little Tramp". Orang dengan kecerdasan fisik memiliki
keterampilan dalam menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga
menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah,
berenang, atau berperahu. Mereka adalah orang-orang yang cekatan, indra
perabanya sangat peka, tidak bisa tinggal diam, dan berminat atas segala
sesuatu.
6.
Kecerdasan
keenam adalah kecerdasan Antarpribadi. Ini adalah
kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini
terutama menuntut kemampuan untuk mencerap dan tang-gap terhadap suasana hati,
perangai, niat, dan hasrat orang lain. Direk-tur sosial sebuah kapal pesiar
harus mempunyai kecerdasan ini, sama halnya dengan pemimpin perusahaan besar.
Seseorang yang mempunyai kecerdasan antarpribadi bisa mempunyai rasa belas
kasihan dan tanggung jawab sosial yang besar seperti Mahatma Gandhi, atau bisa
juga suka memanipulasi dan licik seperti Machiavelli. Namun, mereka semua
mempunyai kemampuan untuk memahami orang lain dan melihat dunia dari sudut
pandang orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, mereka dapat menjadi networker, perunding,
dan guru yang ulung.
7.
Kecerdasan
Ketujuh adalah kecerdasan Intrapribadi atau kecerdasan
dalam diri sendiri. Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat
dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan
emosi, dan menggunakan pemahamannya sendiri untuk memperkaya dan membimbing
hidupnya. Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini, yaitu konselor, ahli
teologi, dan wirau-sahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi,
berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya,
mereka juga sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin.
Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar bela-jar sendiri dan
lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain. (Armstrong:
1999: 3-6)
8.
Kecerdasan
kedelapan, Kecerdasan Naturalis
(Lingkungan). Gardner menjelaskan inteligensi
lingkungan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat
mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensial
lain dalam alam natural; kemampuan untuk memahami dan menikmati alam; dan
menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan
mengembangkan pengetahuan akan alam.
Orang yang punya inteligensi lingkungan
tinggi biasanya mampu hidup di luar rumah, dapat berkawan dan berhubungan baik
dengan alam, mudah membuat identifikasi dan kla-sifikasi tanaman dan binatang.
Orang ini mempunyai kemampuan mengenal sifat dan tingkah laku binatang,
biasanya mencintai lingkungan, dan tidak suka merusak lingkungan hidup. Salah
satu contoh orang yang mungkin punya inteligensi lingkungan tinggi adalah
Charles Darwin. Kemampuan Darwin untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi
serangga, burung, ikan, mamalia, membantunya mengembangkan teori evolusi.
Inteligensi
lingkungan masih dalam penelitian lebih lanjut karena masih ada yang merasa
bahwa inteligensi ini sudah termasuk dalam inteligensi matematis-logis. Namun,
Gardner berpendapat bahwa inteligensi ini memang berbeda dengan inteligensi
matematis-logis.
Kecerdasan kesembilan, Kecerdasan Eksistensial, intelegensi
ini menyangkut kemampuan seseorang
untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.
Orang tidak puas hanya menerima keadaannya, keberadaannya secara otomatis,
tetapi mencoba menyadarinya dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan itu
antara lain: mengapa aku ada, mengapa aku mati, apa makna dari hidup ini,
bagaimana kita sampai ke tujuan hidup. Inteligensi ini tampaknya sangat
berkembang pada banyak filsuf, terlebih filsuf eksistensialis yang selalu
mempertanyakan dan mencoba menjawab persoalan eksistensi hidup manusia.
Filsuf-filsuf seperti Sokrates, Plato, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Kindi, Ibn
Rusyd, Thomas Aquinas, Descartes, Kant, Sartre, Nietzsche termasuk mempunyai
inteligensi eksistensial tinggi.
Anak yang
menonjol dengan inteligensi eksistensial akan mempersoalkan keberadaannya di
tengah alam raya yang besar ini. Mengapa kita ada di sini? Apa peran kita dalam
dunia yang besar ini? Mengapa aku ada di sekolah, di tengah teman-teman, untuk
apa ini semua? Anak yang menonjol di sini sering kali mengajukan pertanyaan
yang jarang dipikirkan orang, termasuk gurunya sendiri. Misalnya, tiba-tiba ia
bertanya, "Apa manusia semua akan mati? Kalau semua akan mati, untuk apa
aku hidup?"
Ingatlah bahwa meskipun Anda merasa
sangat cocok dengan salah satu atau dua definisi di atas, sebenarnya Anda
mempunyai semua kecerdasan itu. Tambahan lagi, setiap manusia normal dapat
mengem-bangkan ketujuh jenis kemampuan itu sampai ke tingkat penguasaan
tertentu. Setiap pribadi adalah unik, sebagaimana ketujuh/Delapan/Sembilan
kecerdasan itu memperlihatkan bentuknya dalam kehidupan kita. Jarang sekali ada
orang yang dapat mencapai tingkat penguasaan yang tinggi dalam enam, tujuh atau
delapan kecerdasan tersebut. Ibn Sina atau Al Kindi mungkin beberapa orang
dengan kecerdasan yang sangat banyak. Ia Dokter ulung, filosof, ahli bahasa,
Negarawan, penulis dll, Al Kindi juga Dokter, Pemusik handal (konon katanya ia
menyembuhkan penyakit orang dengan music), Filosof, penulis, penerjemah dengan
penguasaan berbagai bahasa, dan pemilik kebun-binatang yang cukup luas dan
lengkap. Rudolf Steiner, pemikir Jerman awal abad ke-20 juga. Ia adalah filsuf,
penulis, dan ilmuwan. Ia juga menciptakan sistem dansa, teori warna, dan sistem
berkebun, sekaligus pematung, ahli teori sosial, dan arsitek.
C.
Pengertian
intelligensi dan faktor yang mempengaruhinya.
Definisi intelegensi dari beberapa ahli:
1.
MenurutGunarsa
Intelegensi merupakan
suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya
dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalahyang timbul.
2.
Menurut Simanjuntak:
Intelegensi yaitu kemampuan
individu untuk berfikir secara terarah, mengolah dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya
secara efektif.
3.
David Wechsler :
Intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak
dengan tujuan tertentu,
berfikir secara rasional, serta
menghadapi lingkungan secara
efektif .
.
4.
Menurut Lewis M. Terman :
Intelegensi sebagai
suatu kemampuan untuk berpikir berdasarkan gagasan yang abstrak.
5.
Menurut
H.H Goddar :
Intelegensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi
maslah-masalah yang akan datang.
6.
AlfredBinet
Intelegensi sebagai suatu kapasitas
intelektual umum yg mencakup menalar dan menilai, menyeluruh, menciptadan merumuskan arah berfikir spesifik, menyesuaikan fikiran
pdpencapaian hasil akhir dan memiliki kemampuan mengkritik diri sendiri.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan
intelligensi
1.
Faktor
Pembawaan (Genetik)
Tingkat kecerdasan anak memang
dipengaruhi faktor genetik, namun yang cenderung mempengaruhi tinggi atau
rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung
pihak gen mana yg dominan mempengaruhinya pada saat terjadinya konsepsi
individu.
Inteligensi mengandung
potensi bawaan tetapi untuk dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin perlu
mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungan.
2.
Faktor Gizi
Perkembangan
intelegensi baik dari segi kuantitas maupun kualitas tidak terlepas dari
pengaruh faktor gizi. Kuat atau lemahnya fungsi inteligensi jugaditentukan oleh
gizi yang memberikan energy atau tenaga bagian
anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan
bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya terhadap
perkembangan intelegensi adalah pada fase Prenatal (Anakdalam Kandungan)
hingga usia balita, sedangkan usia di atas 5 tahun pengaruhnya tidak signifikan
lagi.
3.
Faktor
Kematangan
Semakin bertambah
usia seseorang,intelegensinya makin berfungsi dengan sempurna karena semakin meningkat
usia kearahdewasa bahkan semakin tua, orangsemakin cermat menganalisis suatu persoalan
karena didukung oleh pengalaman-pengalaman hidupnya. Jadi perkembangan inteligensi
disini tidak lagi dari segi kuantitas dan strukturnya, tetapi lebih dari segi kualitas
yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu persoalan yang rumit) dengan baik.
4.
Faktor Pembentukan
Pendidikan dan
latihan yg bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelegensi
seseorang remaja sehingga dalam tahap perkembangan intelegensinya , setiap
remaja akan mencapi tingkat kualitas
berpikiryang lebih tinggi.
5.
Kebebasan
Psikologis
Anak yang memiliki
kebebasan untuk berpendapat,tanpa disertai rasa takut dan cemas, dapat
merangsang berkembangnyya kreativitas dan pola pikir sehingga mereka bebas memilih
cara tertentu dalam memecahkan persoalan.
D.
Perkembangan Bahasa
dalam pendidikan
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.
Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
a. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(+) Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
(+) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
(+) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
(+) Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
(+) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
c. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.
d. Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
e. Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang (bayi anak) dimulai dengan meraban (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana, bahasa yang digunakannya juga sangat sederhana. Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan.
Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain, meniru dan mengulang hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara, ‘mm mmm’, ibunya tersenyum mengulang menirukan dengan memperjelas dan memberi arti suara itu menjadi ‘maem-maem’. Bayi belajar menambah kata-kata dengan meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) disekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia enam sampai tujuh tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain.
a. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang ia telah banyak belajar dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau bahasa itu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan sekolah dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan penggunaan kosakata sesuai dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan pendidikan rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan istilah-istilah lebih selektif dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh karena itu perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
(+) Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambahnya pengalaman, dan meningkatkan kebutuhan. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik dan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual, anak akan mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
(+) Kondisi lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil untuk cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa dilingkungan perkotaan akan berbeda dengan dilingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil menunjukkan perbedaan.
Pada dasarnya bahasa dipelajari dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud termasuk lingkungan pergaulan dalam kelompok, seperti kelompok bermain, kelompok kerja, dan kelompok sosial lainnya.
(+) Kecerdasan anak
Untuk meniru bunyi atau suara, gerakan dan mengenal tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan intelektual atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan fisik lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak.
(+) Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa.
(+) Kondisi fisik
Kondisi fisik di sini kesehatan anak. Seseorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi, seperti bisu, tuli, gagap, dan organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan alam berbahasa.
c. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling mempengaruhi satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang lain. seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.
d. Perbedaan Individual dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa
Menurut Chomsky (Woolfolk, dkk. 1984) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan mengambil peranan yang cukup menonjol, mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh lingkungan yang berbeda-beda.
Berpikir dan berbahasa mempunyai korelasi tinggi; anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan bahasa yang tinggi. Sebaran nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan varasi kemampuan mereka berpikir.
Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, karena kekayaan lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.
e. Upaya pengembangan kemampuan bahasa remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa murid-muridnya.
Kedua, berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya hendaknya disediakan di sekolah maupun dirumah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Multiple
Intelligensi sangat mempengaruhi dalam proses pendidikan khususnya dalam bahasa
(linguistic) karena system pembelajarannya berbeda dengan system pembelajaran
sekolah pada dasarnya. Dan system pembelajaran Multiple Intelligensi disusun
secara khusus dan hanya terarah pada kemampuan bahasa atau linguistic , akan
tetapi walaupun hanya mengarah pada system pembelajaran bahasa dan linguistic
tetapi tidak menutup kemampuan untuk mengembangkan kemampuan lain seperti
kemampuan musical, visual dll.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong,
T. 1994. Multiple
Intelligences in the Classroom. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Barbara K.
Given, 2002, “ Teaching to the Natural Learning System”, Alexandria, VA. (Terj: Braid-Based Teaching,
2007, Kaifa, Jakarta).
Campbell, B. 1999. Multiplying Intelligence in the
Classroom,
Gardner,
howard, 1983;1993, “Frame of mind”.
Daftar Pertanyaan
1.
Abu Yazid Al-Bustami DJ : Apa alasan Howard Gardner membagi
Multiple Intelligensi menjadi 9 jenis ?
2.
Agung Afriandi : Apakah kecerdasan dapat
bertambah, jika ia jelaskan mengapa ?
3.
Desriana :
Jelaskan lebih rinci , pengertian linguistic dan berikan contohnya ?
4.
Andi Muliana Tamrin : Apa sebab sehinnga guru harus memiliki
strategi mengajar dalam system Multiple Intelligensi ?
5.
Hariyadi Nur : Apakah kecerdasan
dapat bertambah dan berkurang ?
Peran Multiple Intelligences terkhusus pada kaitan antara perkembangan bahasa dengan intelligensi dalam proses pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/
5
Oleh
Azhar