BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Perkembangan
individu merupakan suatu proses perubahan terus menerus sepanjang hidup
individu yang bersangkutan. Perkembangan ini merupakan perpaduan antara
tenaga-tenaga asli dari dalam diri individu itu Dan tenaga dari luar
(lingkungan). Dari kedua tenaga yang disebutkan tadi terdapat dua kemungkinan
yangakan terjadi pada individu, kedua tenaga tersebut dapat menjadikan individu
itu berkembang dengan lancar tanpa gangguan yang disebut dengan perkembangan
positif, atau berkembang dengan penuh gangguan dan disebut dengan perkembangan
negatif.
Pada diri
manusia baik anak-anak maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal
ini tentu saja erat kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat
sensasi dan persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak
mempunyai kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja
kekurangan atau kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan
semua bakat dan kemampuan pada anak dapat dikembangkan. Orang tua dan guru
dapat membantu anak dalam memenuhi kebutuhannya akan perwujudan diri.
Pengembangan pribadi anak akan dapat diperoleh melalui proses belajar di mana
proses belajar ini akan dapat meningkatkan kepribadian dan berupaya untuk memperoleh
hal-hal baru yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kontradiksi-kontradiksi
dalam hidup.
Dengan
demikian perkembangan adalah hasil dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kehidupan individu yang bersangkutan selama hidupnya. Kedua hal tersebut tergantung
dari bagaimana individu itu menanggapi dan dipengaruhi pula oleh bagaimana
lingkungan menyajikannya.Dengan melihat latar belakang di atas, penulis mencoba
memaparkan permasalahan tentang perkembangan individu serta faktor – faktor apa
saja yang mempengaruhi seorang individu dalam proses pendidikan.
Pendidikan
juga tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap
pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan
formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem
evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan utama
dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya
melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik, adminsitrator,
masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat
dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu
sekaligus dapat menunjukkan perilakunya secara efektif.
Guru dalam menjalankan perannya
sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku
orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik
dengan segala aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara
efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian
tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru.
Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003)
mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan
calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan
proses belajar mengajar peserta didik.”
B. MANFAAT DAN TUJUAN
Adapun manfaat dan tujuan di dalam
membahas tentang psikologi pendidikan antara lain:
- Membantu peserta
didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Membantu pendidik
dalam memahami karakteristik peserta didik.
- Memahami proses
belajar peserta didik.
- Memilih dan
menggunakan berbagai strategi dalam pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
Mental
dan fisik adalah dua komponen yang berbeda. Dari segi bahasa, mental sering
disebut dengan jiwa (psikis) dan fisik biasa disebut tubuh (raga). Keduanya
adalah komponen penyusun manusia, yang saling mempengaruhi. Seperti kata
pepatah Yunani “dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa dan pikiran yang sehat”.
Tetapi bagaimana jika salah satunya mengalami sakit, apakah berdampak pada yang
lainnya?
Mungkin
anda pernah mengalami sakit, atau pernah melihat orang yang sakit dalam waktu yang
lama, maka akan berdampak pada kesehatan psikis. Kemungkinan karena kesehatan
fisik yang terganggu bisa membuat seseorang stress berat, hingga mengalami
depresi yang merupakan tanda-tanda gangguan jiwa. Gangguan fisik yang
mempengaruhi keadaan mental disebut dengan gangguan psikosomatik.
Gangguan fisik ini dapat mempengaruhi keadaan emosi seseorang. Seorang yang
sakit gigi misalnya, dapat menjadi pendiam atau bahkan beringas jika ada
sesuatu yang menggangunya.
Bagaimana
dengan gangguan mental, apakah bisa mempengaruhi keadaan fisik? Kasus ini
adalah kasus terbanyak yang dialami oleh orang sakit. Banyak orang yang
mengeluh pusing, migraine, sakit kepala, bahkan lumpuh, secara fisik tiada ada
diagnosa penyakit yang dideritanya. Dalam dunia medis ini disebut gangguan somatoform.
Somatoform adalah gangguan mental yang mempengaruhi fisik, tetapi pada
dasarnya, fisiknya tidak mengalami gangguan apa-apa.
Kepercayaan
orang yang mengalami gangguan somatorm ini, bahwa dirinya mengidap sebuah
penyakit yang kronis. Tentu saja, untuk mengobatinya, bukan dengan mengobati
fisiknya. Tetapi mengobati psikisnya yang merupakan gangguan terhadap fisik.
Seorang yang lumpuh karena somatoform misalnya, bukan dengan terapi fisik
seperti fisioterapi, tetapi dengan psikoterapi, karena penyebabnya adalah
psikis.
Ini
menunjukkan bahwa kedua gangguan diatas, mental dan psikis sama-sama mempunyai
pengaruh yang sangat besar. Jika salah satunya sakit, membuat yang lain
mengalami disfungsi. Nah, berikut disajikan beberapa penjelasan yang lebih
rinci tentang faktor psikis dan faktor fisik yang mempengaruhi proses pendidikan.
A.
FAKTOR FISIOLOGIS
Faktor fisiologis yaitu meliputi
segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu seseorang, dan pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi
kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik
Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam
Syaiful Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam
keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan
kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan pelajaran.
B. FAKTOR PSIKOLOGIS
Belajar
pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi
psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Faktor tersebut adalah:
1. Minat dan Usaha
Menurut Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat.
2. Inteligensi (kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi
adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak
secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara
efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam
belajar atau kehidupan sehari-hari.
3. Bakat
Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang
tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.
4. Motivasi
Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong untuk
melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari
luar”.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat.
Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat,
akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh
gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan
malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan
pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
5.
Konsentrasi
Belajar
Menurut
Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap
panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai
usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya
dengan aktivitas itu”.
Pemusatan
perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat
mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsentrasi menurun tentu
menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker dalam Dimyati
dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah
menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama
beberapa menit.
6.
Kematangan dan
Kesiapan
Kematangan
merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana
seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru”.
Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan
aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan
berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses
belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang)
sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam
proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya
dengan minat.
7.
Kelelahan
Kelelahan
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan
kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini
disebabkan oleh terjadinya kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh,
sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga
minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang.
Kelelahan jenis ini ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit
berkonsentrasi, seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8.
Kejenuhan dalam
Belajar
Menurut
Reber yang dikutip oleh Tohirin dalam Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar
adalah “rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil”. Seseorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar, sistem
akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses
item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya
seakan-akan mandeg (stagnan) tidak mendatangkan hasil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada diri manusia baik anak-anak
maupun orang dewasa terdapat gejala-gejala kejiwaan hal ini tentu saja erat
kaitannya dengan psikologi. Dalam gejala kejiwaan terdapat sensasi dan
persepsi, yang pada keduanya terdapat perbedaan. Setiap anak mempunyai
kelebihan atau kekuatan-kekuatan tertentu dan juga tentu saja kekurangan atau
kelemahan. Hal ini tentu perlu digali agar perwujudan diri dan semua bakat dan
kemampuan pada anak dapat dikembangkan.
Perkembangan fisik anak merupakan dasar bagi
perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik
ukuran berat dan tinggi maupun kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat
mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya tanpa
bantuan orang tua dan orang lain di sekitarnya.
Proses belajar
merupakan hal yang kompleks. Seseoranglah yang menentukan terjadi atau tidak
terjadi belajar. Terjadinya suatu proses belajar timbul suatu aktivitas
pengalaman belajar. Faktor fisiologis dan faktor psikologis merupakan dua hal
yang saling terkait satu sama lain.
B. SARAN
Pembahasan
tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu objek kajian yang menarik dan
bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan. Kami berharap agar materi ruang
lingkup psikologi membahas beberapa aspek lainnya bukan hanya dalam dunia
pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Samsunumiyati,
HJ, DR, Prof. 2012. Psikologi
Perkembangan.Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudrajat, Akhmad.
2012. Tentang Pendidikan, ( Online ),
(diunduh pada tanggal 4 Maret 2012, http: ///D:/psikologi/Arti
Penting Psikologi Pendidikan Bagi Guru AKHMAD SUDRAJAT TENTANG PENDIDIKAN.htm)
Ahira, Anne.
2012. Psikologi Pendidikan, ( Online ), ( diunduh pada tanggal 3 Maret 2012, http:www.AnneAhira.com)
faktor-faktor psikis dan fisik yang mempengaruhi proses pendidikan - Psikologi Pendidikan
4/
5
Oleh
Azhar